Kamis, September 04, 2008

Bahasa hati

Suatu senja di kursi taman.

Malaikat kecil datang padaku sore itu. Sayapnya mengepak pelan lalu dia berbisik lembut padaku,
"tahukah kamu, kenapa jatuh hati bisa sangat membingungkan...?"

"hal-hal yang awalnya kamu kira sederhana tiba-tiba berubah menjadi begitu rumit..?"

aku membalas dengan sedikit ragu,
"semuanya jadi diluar kendali. entahlah..,andai aku tahu jawabannya."

lalu seketika malaikat kecil itu tertawa terbahak-bahak.

"hahahahaha...., tidak akan pernah ada jawabannya, manusia..."

seperti badai, tiba-tiba aku merasa diperdaya,
"lalu, untuk apa pertanyaan itu...??

sambil menatapku ramah, dia berujar,
"untuk mengingatkanmu, bahwa memang seperti itu sensasi yang dihadirkan semesta. jatuh hati memang tidak pernah mudah..."

"apa yang bisa kamu perbuat saat hati dan otakmu tak lagi sejalan, selain perbuatan-perbuatan konyol yang kamu sebut romantisme..?"

dia berputar sejenak, lalu kembali menatapku :
"saat kau tatap matanya dan dia balik menatapmu, kamu akan sadar jika semuanya berubah menjadi sangat sangat rumit. mengungkapkan rasa tidak lagi menjadi bahasa sehari-hari yang kamu tahu. tapi seperti itulah semesta men-skenariokannya. agar kamu tahu. jatuh hati mematikan panca indera-mu. sungguh."

aku mendesah perlahan, malaikat kecil itu kembali berucap :

"ahh..jangan terlalu serius manusia, nikmati saja. meski kadang semua diluar logikamu. nikmati saja dentuman gejolak yang hadir saat kalian saling bertatap. atau desir darah yang mengucur deras saat kalian bersentuhan. atau dendang merdu saat tawanya mengguncang gendang telingamu. teriakkan saja sekalian....."


"hingga nanti pada saatnya, meski tak ada jawaban untukmu. kamu akan mengerti dengan sendirinya...", dia mengakhiri dengan senyum.

perlahan dia terbang di sekelilingku. tinggi. semakin tinggi. mengabur. lalu hilang.

aku masih terdiam di kursi taman itu. menikmati senja merah seorang diri.
ku raih telephone selularku dan menulis sebuah pesan pendek disana:
aku benci saat tahu aku rindu kamu.

kulihat sekali lagi tulisan itu. sejenak aku ragu. hingga kuputuskan kusimpan saja pesan itu. mungkin lebih baik kalau kusampaikan saja secara langsung. nanti.

sementara di ujung barat, langit semakin merah.


Sebab kita tidak bisa memilih, dengan siapa kita ingin jatuh cinta...*

Tidak ada komentar: