#1
Disingkapnya kain jendela selepas petang,
seorang ibu yang menunggu dengan cemas,
"anak perawanku belum juga pulang..."
hatinya gelisah.
#2
malam makin malam,
nyanyian jangkrik bersahutan.
semua pekat,
jalanan lenggang.
#3
sang ibu benci sekali malam.
malam selalu membuatnya terjaga,
malam selalu membuatnya resah.
dikutuknya malam,
sambil sesekali matanya melirik ke celah jendela.
#4
sayup-sayup langkah kaki mendekat.
si ibu girang bukan kepalang.
"itu pasti anak perawan-ku pulang"
dibukanya pintu,
ternyata bukan.
#5
simbok tetangga ujung jalan berdiri di depan pintu,
menyerahkan sepucuk surat,
lalu pergi, tanpa salam.
#6
sang ibu bingung.
pelan-pelan dibukanya lipatan kertas itu,
dia kenali tulisan tangan di dalamnya.
tulisan anak perawan tersayangnya.
terbata-bata, dia mulai membaca.
#7
yang terkasih ibu,
maaf akhirnya saya harus pergi diam-diam,
saya tahu mungkin saya telah kecewakan ibu
tapi ini harus saya lakukan.
anak ibu tidak lagi anak perawan yang ibu banggakan,
ada nyawa terbentuk di rahim saya sekarang.
saya tidak berani pulang bu,
saya malu,
saya bikin ibu malu
ijinkan saya pergi sejenak,
mencari lelaki keparat yang seharusnya datang pada ibu
dan bertanggung jawab pada janin ini.
maafkan saya bu,
maafkan saya.
anakmu
surat terjatuh....
#8
di dalam bis menuju kota,
seorang perempuan muda duduk seorang diri di pinggir jendela.
matanya sembab.
digenggamnya erat tas hitam barang bawaan satu-satunya,
sebilah pisau teronggok diam di dalamnya.
Senin, Maret 01, 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar