Haruskah kemudian aku bertekuk lutut di depan pintu rumahmu..?
dengan seikat kembang dan sebuah gitar tua,
nyanyikan lagu cengeng dan puisi picisan tanpa ritme.
teriakkan rayuan hingga seisi kampung tahu isi hatiku.
sampai tetanggamu berhamburan ke sisi jalan,
dan ayahmu berkacak pinggang di depan pintu dengan golok terhunus.
lalu ibumu berteriak histeris "ada orang gila di depan rumah..!"
sementara saudara-saudaramu terpingkal geli memegang perut.
aku kuat menanggung malu.
hingga tak lama berselang siraman air dari pembantumu,
dan satpam RT menyeretku serupa teroris.
sementara masih kuteriakkan namamu hingga ke ujung jalan.
demikian esoknya namaku tersiar di radio lokal,
dan foto diri terpampang di harian berita kriminal.
tapi aku nekat melawan arus,
jika semua cara ber-etika tak juga mampu menarik simpatimu...
untuk panas dalam yang menyerangku tiba-tiba
Senin, Juli 21, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar